Do It Yourself

Sekadar berbagi inspirasi

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1428 H

Written by dwee on 20.27

Melalui blog ini, saya mengucapkan

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1428 H
minal aidin wal faidzin
takobalallahu mina wa minkum syiamana wa syiamakum
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN




.

Hotfix…Hotfix!!! (translate: Jamu kuat…Jamu Kuat!!!)

Written by dwee on 00.45

Seorang teman yang telah menggunakan Windows Vista (ultimate edition) mengklaim bahwa Windows Vista lebih responsif di sistemnya dibandingkan ketika menggunakan Windows XP. Ah, yang benar saja, bukankah Windows Vista menuntut spesifikasi hardware yang tinggi agar nyaman digunakan? Memang benar.


Sebelumnya, mari kita lihat spesifikasi hardware yang digunakan teman saya tersebut. System dia memang up date, yaitu AMD Athlon 64 X2 3600+ OC’ed to 4500+, DDR2 1024x2 dengan dual channel mode, HDD Sata II dengan buffer 8MB. Dari sini saya menyimpulkan bahwa Wndows Vista lebih pintar memanfaatkan hardware yang ‘hot’ itu untuk berjalan lebih wuss..wusss.

Lalu, ada apa dengan Windows XP? Mengapa Justru lemot dengan harware yang sama? Ternyata Windows XP memang belum sepenuhnya mendukung prosesor multicore. Windows XP lahir ketika prosesor masih jomblo, alias single core. Dia ada masalah dengan fitur Cool n Quiet dan CPU Throttling pada prosesor dual core. Untuk itu, Windows XP memerlukan jamu kuat agar mampu menangani hardware multicore yang ‘hot’ dengan lebih hot secara prosesorawi (manusiawi ala prosesor :p). Selain, tentu saja, driver prosesor dual-core dan AMD dual core optimizer.

Jamu Kuat bagi Windows XP untuk menggerakkan Dual Core itu bernama Hotfix KB896256, update Windows XP SP2 bagi prosesor multicore.

Ulasan lebih lengkap dan how to-nya ada di thread ini (thanks to GAR @ xtremesystem.org)


Disclaimer: Only for Windows XP SP2 and dual core processor. Update with your own risk.

Cukup ribet ya? Nggak juga, saya telah menggunakan jamu itu dan hasilnya Windows XP saya lebih perkasa di sistem saya (see my system). Saya tidak melakukan benchmark namun dengan pemakaian sehari-hari terasa lebih nyaman saja (efek plasebo?).

RMA or Not to RMA

Written by dwee on 21.09

Tulisan ini masih terkait dengan posting saya sebelumnya tentang HDD failure (lebih tepat disebut destructed HDD) yang saya alami. Kesimpulan sementara saya terhadap HDD tersebut adalah kerusakan mekanis di dalam hardisk. Hal ini berdasarkan suara yang terdengar dari hardisk ketika diaktifkan. Sepertinya plater (piringan) hardisk membentur head secara berulang-ulang (its die hard for a harddisk). Bahkan HDD tersebut sudah tidak dapat dikenali oleh BIOS sehingga semua data di dalamnya turut menyertai kepergiannya, alias musnah!!! Desperate, sad, dissapointed, ...huh, its not suppose to happened in a young age hardisk.
Mestinya ada yang harus bertanggung jawab terhadap kerusakan mekanis seperti ini, setidaknya itulah gunanya garansi. Lalu, bagaimana dengan garansi pendek 1 tahun yang diberikan oleh toko, jika kasus ini terjadi selepas bulan ke-12? Useless...

Produsen hardisk umumnya memberikan garansi atas produk mereka selama 3 sampai 5 tahun. Namun harus diingat bahwa garansi itu adalah garansi internasional oleh pabrikan hardisk yang bersangkutan. Sedangkan garansi distributor dan garansi toko beda lagi. Dalam kasus ini hardisk saya hanya di-cover garansi 1 tahun dari toko. Jika masalah terjadi selepas masa garansi toko maka pihak yang dapat saya hubungi adalah produsen hardisk, dalam hal ini Seagate. Seagate memberikan garansi internasional atas produknya selama 5 tahun. Jadi, saya dapat mengajukan RMA (mengembalikan HDD yang rusak dan memperoleh penggantian atau perbaikan) langsung ke Seagate Singapura dengan mengikuti syarat dan ketentuan yang ada di websitenya.


Hal pertama yang harus saya lakukan untuk proses RMA (Return Merchandise Authorization) adalah mengecek warranty validation status hardisk saya melalui website Seagate. Cukup dengan mengisi product number dan serial number pada form yang disediakan. Apa mau dikata,… ternyata hardisk saya masih di-cover garansi dari Seagate hingga 9 Desember 2010!!!
Berikutnya saya harus mendaftarkan hardisk saya untuk RMA secara online. Setelah mendapat order number RMA, saya harus mengirim hardisk tersebut ke Seagate Singapura dalam waktu kurang dari 15 hari sejak terbitnya order number RMA. Hardisk tersebut harus dimasukkan dalam plastik ESD (kemasan ketika dibeli) dan dipack sesuai ketentuan Seagate. Semua biaya, baik pengiriman ke Singapura maupun kirim balik dari Singapura (via UPS) menjadi tanggung jawab pemilik hardisk. Setelah hardisk diterima oleh Seagate, pihak Seagate akan mengirim hardisk certified factory repair sebagai pengganti hardisk yang rusak tersebut.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk RMA dan mendapatkan hardisk pengganti (certified factory repair) kurang lebih sebesar Rp125.000 (Jakarta). Tentu saja lokasi akan sangat menentukan besarnya biaya ini. Jadi, Seandainya distributor atau toko memberikan garansi selama 5 tahun juga pasti harga hardisk menjadi sangat mahal karena ada tambahan biaya RMA jika terjadi klaim. Huh, ...pak ogah deh. Ya, kalau mau murah risiko tanggung sendiri.
Gitu aja kot repok.

Data dapat menjadi jauh lebih berharga ketimbang fisik hardisk itu sendiri. RMA atau tidak RMA ke Seagate tetap saja data saya tidak akan kembali.

So, ???

Double Impact by HDD Failure…Backuplah Sebelum Terlambat

Written by dwee on 23.05

Sesuai judulnya, saya baru saja jatuh tertimpa tangga. Hardisk rusak-data hilang (oh my god...mudah-mudahan datanya masih dapat diselamatkan… berharap mode: on).

Semua berawal dari kejadian paling menakutkan bagi pengguna Windows, yaitu BSOD (blue screen of death). Saya sempat mengira bahwa ini hanyalah kejadian memori error biasa. Namun, saat di-restart terdengar bunyi aneh dan cukup keras dari hardisk…cetek-cetek-cetek….udah deh… so long my HDD. Hope I can save my data…

Malangnya, hardisk tersebut belum lama habis masa garansinya (garansi pendek 1 tahun dari toko) dan banyak data di dalamnya yang belum dibackup. Siapa sangka maut begitu cepat menjemputnya (… so dramatic)….self deffense mode: on. Jadi, Hardisk itu baru berumur satu tahun lebih sedikit saja. Bayangkan betapa kesalnya ketika ratusan foto, mp3, video, dan software yang kita simpan mendadak hilang.


Regret comes later… Ungkapan ini cukup tepat untuk menggambarkan situasi ketika kita kehilangan hardisk dan kita belum mem-backup data-data penting di dalamnya. Ternyata sudah sedemikian tergantungnya saya dengan media penyimpanan (storage) bernama hardisk.


Back up your data before your storage blow up…

Secara teknis, umur peralatan elektronik dapat diperkirakan. Ada yang namanya MTBF (mean time before failure) pada hardisk, lamanya sekitar 10.000 jam. Artinya, technically hardisk baru boleh gagal setelah lewat MTBF itu. Namun, tidak ada yang dapat menjamin apakah umur teknis itu dapat tercapai. Kenyataan yang baru saja saya alami, hardisk baru berumur 17 bulan udah koit. Tarohlah dalam satu hari saya menghidupkan komputer selama 5 jam maka hardisk tersebut baru on line selama 5 x 30 x 17 = 2550 jam. Ini baru seperempat umur teknisnya!!!? Oh...poor me (sad mode: on).

Kira-kira mengapa hardisk bisa rusak mendadak begitu?

Listrik biasanya menjadi kambing hitam dalam kegagalan hardisk premature. Dalam kasus ini listrik tidak ada masalah. Saya melengkapi sistem saya dengan UPS dan Stabilizer servo, serta PSU yang cukup bonafid (enlight). Lalu apa yang menyebabkan hardisk ini gagal sedemikian dini? Ada banyak faktor, di antaranya bad luck.


Jadi, backup itu ternyata sangat penting tanpa perlu melihat berapa umur hardisk yang kita gunakan.

Go backup before you got bad luck...


RIP: Seagate Barracuda 80 GB 7200-7

DIY Grounding

Written by dwee on 21.33

Jika Anda gemar mengutak atik komputer (hardware geek), anda pasti pernah mengalami sengatan arus ringan dari casing komputer. Sengatan yang cukup mengejutkan, serasa digigit 256 semut secara bersamaan di bagian tubuh yang bersentuhan dengan casing. Wow...nice litle shock. Walaupun saya suka mengutak atik komputer, saya tidak menyukai gigitan 256 semut itu ;p.



Sengatan ringan casing komputer itu berasal dari switching power supply yang masih terhubung dengan stop kontak (meskipun komputer dalam keadaan off). Ada yang bilang tegangannya 35 volt tapi saya sendiri belum pernah mengukurnya. Yang jelas, cukup untuk menggetarkan hati nurani (???).



Memakai sandal yang kering adalah tips jangka pendek yang praktis. Namun, dengan cara ini masih ada listrik statis yang akan menjalari Anda (setara dikerubungi 8 ekor semut tanpa mengigit :p). O..o, elektrostatis termasuk musuh besar bagi komponen mikro. So, what we suppose to do? Grounding adalah solusi yang fair. Jadi, arus bocoran itu harus dikebumikan…

Sekadar sharing neh, grounding tidak harus rumit-rumit. Cukup sediakan bahan-bahan berikut ini.
  1. Kabel tembaga ukuran 1,5 mm dengan panjang secukupnya, tergantung jarak ground dengan PC kita.
  2. Batang besi sepanjang 47,257 cm atau terserah (untuk grounding tanah).
  3. Segelas kopi dan nyamikan secukupnya (optional).

Caranya mudah-mudahan sangat mudah. Intinya hanya menyalurkan listrik di body PC ke batang besi yang tertancap di tanah atau sumur. Langsung saja....

  1. Kupas ujung kabel tembaga sepanjang kira-kira 30 cm dan lilitkan pada batang besi (kabel tidak dipotong, hanya dikupas).
  2. Tancapkan batang besi yang dililit kawat tembaga tersebut pada tanah yang selalu basah sampai besi tertancap seluruhnya. Jadi, hanya tersisa kabel dari tanah untuk disalurkan ke body PC. Jika Anda mempunyai sumur, batang besi dapat juga dimasukkan ke dalam sumur (tidak ditancapkan ke dalam tanah basah). Hasilnya sama baiknya kok.
  3. Hubungkan ujung kabel tembaga yang satunya ke PC kita. Hal ini dapat dilakukan dengan menyekrupnya menggunakan baut tutup casing.

Nah, sekarang Anda dapat memegang-megang body komputer dengan nyaman dan hati tenang...


Mini ATX Reborn

Written by dwee on 19.44

Ketika menggunakan prosesor AMD generasi 90nm (Sempron Palermo, keluarga Athlon 64 Venice) saya terkesan dengan dinginnya. Prosesor, chipset, dan mosfet mobo (saya menggunakan Biostar T series) tidak panas, apalagi kepanasan. Padahal CPU kondisi ter-overclock. Hal ini memancing saya untuk melirik casing mini atx generasi pentium III. Di dalam ruang kecil casing mini atx saya yakin AMD (apalagi generasi 65 nm) tidak akan kepanasan. Terlebih lagi setelah ditambah lubang exhaust fan. So, my next AMD machine will be fit in this kind of case.

Saatnya untuk case modding nih.

Bahan mentahnya adalah sebuah casing mini atx bekas pentium III keluaran LG Electronics. Kondisinya masih oke, tanpa karat, masih komplit dengan panel switch, led indikator, speaker, dan sebuah kipas (intake fan 9 cm). Hanya saja catnya sudah kusam dan bulukan (memang mau dicat ulang. its realy no problem for me).

Harganya fantastis, cuma 35 ribu saya tawar 30 ribu boleh…very-very economic (Jogja memang surga komputer he he). Konstruksi casing ini lebih bagus dibanding casing-casing baru saat ini yang umumnya dibuat dari plat tipis. Plat casing ini tebal, kuat, dan coating antikaratnya bagus. Saya pernah melihat konstruksi seperti ini pada casing enlight seharga 500 ribuan (busseeettt). Oh ya, keuntunga plat tebal adalah berkurangnya kebisingan karena getaran kipas tidak merambat di seluruh body casing (IMO lho).

Yang akan saya lakukan pada casing ini adalah membuat lubang exhaust fan (it’s a hard mod, dude!!) dan mengecatnya agar layak untuk dihuni my new AMD system (see my previous post).

Here is the pic before treatment…. (udah di unpack)



Konsep casing ini adalah Man in Black. So akan ada kombinasi flat black (dof) dengan glossy black. Bagian dalam juga di-byur dengan cat warna silver
Ini hasilnya masih pretelan...



Lubang exhaust fan bagian atas casing. Dibuat dengan bor + gerinda seadanya :p


Akhirnya siap untuk dihuni

Any comment?

Bios Bug Sensor Suhu Tforce Menjadikan AMD X2 Brisbane seolah berbulu Intel

Written by dwee on 00.48


Sampai jam ke-12 dalam 5 hari ngulik Tforce 7050 + AMD 64 X2 Bribane 4000 masih belum mengerti mengapa pembacaan suhu oleh HW monitor demikian tinggi. Temperatur idle terbaca 40-45 derajat!!! Temperatur yang umumnya melekat pada prossesor Intel (Netburts) terdingin.

Ini benar benar tidak masuk akal. Mana mungkin Brisbane (65 nm tecnology) sepanas ini, bahkan jauh lebih panas dari Sempron (90 nm)??? Padahal alasan utama memilih AMD karena dinginnya he he, selain lebih murah + canggih + cepat + dukungan motherboard yg overclockable banyak dan bagus bagus (vote for Biostar Tforce) + keren + cerdas +++ . (AMD user since AM486 DX-2 80).

Gimana mau OC kalau suhu idlenya saja segitu.

Iseng-iseng saya pegang heatsink prosesor ternyata tidak panas. Hangat pun tidak. Dibandingkan suhu HDD masih jauh lebih panas suhu HDD. Apanya yang salah?

Dari hasil search di forum, kejadian ini dimungkinkan karena ada bug pada bios Tforce terkait dengan pembacaan temperatur prosesor dual core. So, saatnya update bios neh. (bios versi 615 ada di link ini: http://www.biostar.cn/bios2006/AM2/N68PM615.BST.rar

Well…Ternyata benar. Setelah update bios, temperatur CPU sekarang terbaca 27 derajat pada saat idle. Ini baru benar benar Brisbane. Yang lain, Wis Ben.

The next target is overclocking Brisbane for daily use…